Monday, April 21, 2014

Bagai Durian Runtuh


Persis seperti ketika mendapatkan durian runtuh, ketika sudah di dapatkan, bingung ingin melakukan apa. Kebiasaan baik yang selama ini sering ku lakukan, justru sekarang sering ku tinggalkan. Terlalu lama terbuai dalam aktivitas dunia, membuat hidupku terasa kosong. Aku seperti bergerak mundur meninggalkan hal-hal yang baik, melangkah ke masa-masa kelam yang meruntuhkan kamar kesabaranku. Inilah realita perasaan yang ku alami. Seharusnya ku dengarkan sekian banyak nasehat di sekelilingku. Betapa sahabat-sahabatku ada ketika ku tengah terluka.

Rasa malas itu sering mendera. Kewajibanku terabaikan dan aku menumpuk dosa. Dosa yang membuatku tertekan dan semakin jauh dariNya. Aku tahu, aku sering meninggalkanNya. Tidaklah yang tampak pada diriku adalah seperti yang kelihatan hanya karena Allah menutupi setiap aib yang ada padaku. Jika saja aib itu kelihatan, tak ada lagi kebaikan yang akan nampak. Masya Allah... Diri ini bermandikan
dosa dan noda...
Astaghfirullahaladzim...

Kemaren, sempat ku baca, status facebook seorang sahabatku "Ingin ketempat yang sunyi..indah..nyaman..tenang...", status ini persis seperti yang aku rasakan dan tadi malam ketika aku menelfon ku bertanya "Kamu mau gk? ke tempat yang jauh, setelah itu kita menenangkan diri disana, kita bermuhasabah, dan kita meninggalkan semua aktivitas dunia", Ah.. sama sekali aku tak tahu, dia lebih dulu membuat status seperti apa yang aku pikirkan. Pantasan ketika aku bertanya itu, dia langsung menjawab mau.

Betapa sangat inginnya aku pergi meninggalkan semua kesibukan duniawi ini dan merenung dalam-dalam, dalam kesendirian bersama Allah, menghabiskan waktu bermunajat padaNya. Hasrat hati begitu kuat. Namun kewajiban duniaku, belum mampu aku tinggalkan. Itulah sumber kekosangan hatiku. Sibuk dalam dunia, hingga ku lupa bahwa dunia ini hanyalah sementara. Sedang akhirat itu akan kekal.

Mungkin tulisan ini akan terus mengalir begitu saja. Aku menuaikan apapun yang ada dalam pikiranku. Aku tak peduli ini akan selesai atau tidak. Ini akan berhenti atau tidak. Yang jelas jika tulisan ini telah berakhir, ketika itu aku telah berhenti menulis dan aku mungkin tengah sibuk dengan kegiatan di duniaku.

Saat ini yang paling aku takutkan adalah "ketika apa yang kulakukan menyakiti orang lain,. ketika perkataanku membuat luka di hati orang lain". Masya Allah, dosaku padaMu teramat banyak ya Rabb, gimana lagi dengan salah-salahku pada hamba-hambaMu? Lantas? Pantaskah Syurga itu ku tapaki? Jika aku terus seperti ini.

Kembali ke awal tulisan? Durian runtuh? Iya, inilah yang kumaksud. Durian runtuh dalam duniaku. Alhamdulillah, Ketika aku dan satu orang temanku mendapatkan kesempatan melaksanakan Kerja Praktek lebih awal di banding teman-temanku satu jurusan. Alhamdulillah, Ketika namaku tertera sebagai penerima beasiswa PPA di universitasku. Alhamdulillah Ketika aku diamanahkan menjadi salah satu Asdos praktikum di kampusku.  Alhamdulillah ketika aku di amanahkan menjadi ketua bidang di salah satu organisasi yang ku ikuti. Alhamdulillah ketika aku menjadi salah satu mentor untuk membina adek-adek yang ada di salah satu organisasiku. Alhamdulillah ketika sebuah amanah besar menjadi calon mawapres 2014 utusan fakultas dan akan di seleksi tanggal 29 April 2014 ini di Universitasku. Alhamdulillah ketika sahabat-sahabatku hadir ketika ku terluka. Alhamdulillah, ketika banyak yang menawarkan bahunya untuk ke bersendar ketika ku terjatuh. Alhamdulillah ketika aku punya saudari-saudari yang sangat menyayangiku karena Allah...Alhamdulillah aku dapat menutupi belanjaku dengan menerima orderan instal laptop. Alhamdulillah... Alhamdulillah...

Alhamdulillah.. Itulah hal-hal yang harus aku syukuri dengan sebanyak-banyaknya. Begitu banyak nikmat Allah padaku? Allah sangat mencintaiku. Allah sangat menyayangiku. Tapi apakah hatiku paham akan hal itu? Hanyalah Allah yang tahu.

Persis seperti sebuah lagu "Semua kata cinta di dalam dunia ini kan ku bungkus dan ku rangkai" untuk Allah SWT, tapi tetap tidak akan pernah bisa menandingi apa yang aku rasakan dan betapa sangat besarnya cinta Allah kepadaku.  Meskipun ku mampu merangkai kata cinta untukMu Rabb. Tapi tidak akan pernah bisa secuilpun besarnya cintaMu aku ungkapkan.

Tidak ku pungkiri. Aku disini mempunyai banyak sahabat. Sahabat tempatku berbagi. Sahabat yang luar biasa, yang tidak pernah sedikitpun memberi ruang kepada orang lain untuk menyakitiku.
Ah, beberapa waktu yang lalu, dua orang sahabatku malah mendatangi seseoarang yang berhutang kepadaku, tanpa mendapat izin dariku. Mereka murni melakukan itu karena dorongan hati mereka. Karena sayangnya mereka.

Kenapakah mereka sahabat-sahabatku begitu baik, dan ingin selalu kebaikan yang ada padaku. Mungkin karena ini " Seseorang tertarik dengan kita, bukan karena pintarnya kita, tapi karena baiknya hati kita, tapi karena akhlak kita yang memesona" Kata-kata ini berkisar setengah tahun yang lalu aku dapatkan. Aku memegang teguh prinsip "berbagi". Seperti dalam tulisan Ipho Santosa. Disitu dia mengatakan "Ikhlas atau tidak ikhlasnya kita memberi, yang pasti ada balasan" Jika kita tidak ikhlas, maka Allah akan memberi balasan hanya di dunia saja, mungkin berbentuk benda lain atau hadiah lain dari orang lain, nah jika kita ikhlas, maka akan ada balasan di dunia dan juga di akhirat".

Jauh sebelum aku membaca tulisan mas Ipho tersebut, aku telah merasakan hakikat berbagi itu. Memang seperti itulah. Balasan dari Allah itu pasti ada dan terasa. Cukup kita melihat dengan hati, dengah hati yang ikhlas, dengan hati yang tulus.




0 comments:

Post a Comment