Friday, October 31, 2014

Syurga Rindu, Akupun Begitu


Suatu saat, jika aku tidak lagi di Aceh, aku akan merindukan sosok itu. Sosok yang menurutku sangat luar biasa. Dia begitu manis. Dan pandangan pengharapannya agar bisa ke Padang itu selalu terbayang.
"Sudah berapa hafalan mu dc?"
"10 juz kak"
"Subhanallah"
Mataku berkaca-kaca, umurnya masih 9 tahun ketika ku bertanya. Ku lihat diriku, berapa tahun sudah umurku? Ah, lebih dari 1/5 abad. Namun hafalanku? Ah, sangat jauh darinya.
Ku lihat senyumnya, dia meminta biodata dan juga cerita singkat dariku. Ku tulis di buku catatan pribadinya. Luar biasa rasanya ketika aku bertemu para hafizhah ini secara langsung.
Beda lagi dengan dek Hafni, senyumnya malu-malu jika melihat kedatanganku, dia selalu mengejar untuk sekedar salaman ataupun cipika-cipiki denganku. Dia baru berumur 12 tahun, dan hafalannya 30 juz. Subhanallah. Sekarang dia membantu membimbing hafizhah lain yang sedang meningkatkan hafalan.
Ada yang unik di kamar mereka. Dipenuhi dengan istilah-istilah bahasa Arab dan juga bahasa Korea. Sebagian dari mereka menyukai bahasa Korea.
Kebiasaan mereka juga membuat aku semakin merasa kecil. Bangun 02.30 untuk
shalat tahajjud lalu muroja'ah
Subhanallah..
Aku memang tak mengingat nama-nama mereka, namun wajah mereka sering terbayang. Wajah yang bercahaya, calon bidadari syurga. Mereka bukanlah orang-orang kebanyakan. Menonton saja mereka tidak. Mereka juga tidak kenal dengan perkembangan tekhnologi informasi yang malah membutakan banyak hati manusia. Mereka tidak tahu android, tidak tahu smartphone. Tapi mereka punya kekuatan senyuman yang luar biasa meneduhkanku, yang aku tak bisa menggambarkan ikhlasnya hati mereka. Ingin seperti mereka. Meski mungkin  terlambat, ada impian setelah aku menyelesaikan Studi S-1 ku, aku juga ingin masuk pesantren tahfizh al-qur'an, ingin menjadi salah satu penghafal Al-Quran dan berada di lingkungan yang begitu tenang. Seperti keadaan mereka.

Bagiku sebentar saja bisa dipertemukan dengan mereka, adalah anugrah yang sangat besar dari Allah. Mereka terlihat beda. Tidak ada dilakukan mereka kesia-siaan. Dan lebih lagi jilbab mereka yang terulur panjang itu membuatku jatuh cinta pada mereka. ^_^

Meski mengenal mereka lewat acara-acara yang dilakukan lembaga dakwah kampus. Aku tak pernah merasa menyesal sedikitpun untuk pertemuan dengan mereka. Mereka luar biasa. Ingatan mereka tentang namaku sejak pertemuan awal itu menjadikan hatiku kian terikat. Acara pengkaderan pertama kali waktu itu. Aku belum seperti ini. Mereka menerimaku apa adanya. Cinta yang tulus.

Syurga pastilah merindukan mereka. Beberapa hari yang lalu ketika syuro', aku mengatakan keinginanku kepada saudariku di jalan ini, Beliau yang biasa menemaniku mengunjungi mereka. "Kak, kapan kita ke Taman Tahfizh Ar-Raudah kak, Rindu mereka, adek-adek itu"
"Ah, iya, udah lama kita gak kesana ya" jawab beliau.
Beliau tengah menunggu waktu sidang. Semoga Allah memberi kemudahan untuknya menyelesaikan studynya.  Aamiin ya Allah.

Walau ingatan mungkin tak mampu menyimpan nama mereka, namun hati kan tetap tahu wajah mereka. Dan doa yang tak pupus untuk keselamatan dunia akhirat mereka.Semoga gambar ini, ada sebagai pembantu ingatan.

--Ku tulis dalam rinai rinduku. Syurga Rindu, Akupun Begitu
Lhokseumawe, 01 November 2014

0 comments:

Post a Comment