Sunday, July 6, 2014

Rinduku Padamu


Bismillahirrahmanirrahim...
Ku tulis ini dengan rindu yang teramat dalam meski hanya menatapmu. Ku coba buka lagi Account Facebookmu, ternyata status-statusmu masih private. Tidak mengapa, karena aku masih bisa melihat status-status yang engkau share dan account twittermu yang telah berganti nama masih terhubung dengan account facebookmu. Ku coba ketikkan nama account twittermu di pencarian di twiiterku. Dan Alhamdulillah ternyata terbuka juga. Ku telusuri twits mu, ku temukan disitu alamat blogmu, dan Alhamdulillah, dalam pencarian itu aku kembali bernafas lega, sedikit jejakmu bisa kembali ku lihat.

Aku kembali buka halaman facebookmu, ingin ku tekan tombol add friend, tapi urung ku lakukan. Ku takut dengan aku menambahkan kau sebagai teman, justru aku kehilangan akses kepadamu, karena kau akan memblokirku. Teringat ketika hal itu kau lakukan untuk account facebook ku yang lama.

Saudariku tersayang. Tidak ada yang bisa memisahkan kita, apapun itu. Karena darah yang mengalir di tubuh kita adalah darah dari dua orang yang sama. Tidak adakah firasatmu, ketika
salah satu saudaramu juga tiba-tiba membuat sebuah twit "Tiada kebahagian di dunia ini yang lebih indah, selain berkumpul dengan adik tercinta". Tidakkah ada sebuah rasa yang muncul ketika aku bertanya tentang twit tersebut. Dan karena itu kau tiba-tiba merubah nama account twittermu.

Ku lihat salah satu foto yang kau posting di account twittermu. Kau begitu anggun dengan jilbab dua lapis yang terulur. Ada kebahagian melihat perubahan penampilanmu. Semoga hatimu jauh lebih cantik dari paras yang terlihat tersebut. Karena siapa saja bisa berubah dan mempunyai kesempatan untuk menjadi baik.

Kembali ku beranjak membaca pelan-pelan postingan di blogmu. Ada sebuah puisi. Ya, puisi tentang perpisahan. Puisi itu mewakili perasaanku saat ini. Saudariku, perassan rindu, perasaan ingin bertemu, namun kapankah kita berpisah? Ya, 18 tahun yang lalu. Saat umurmu masih lima hari. Terlalu kecil dan sangat kecil. Dan meski saat itu aku belum sadar apa yang terjadi, tahukah kau ketika itu aku menangis adekku sayang.

Teringat, ketika kita bertemu tahun 2009 yang lalu. Ya, hanya bersalaman adekku. Kita hanya bersalaman, tanpa berbicara sepatah katapun. Aku bergetar hebat ketika melihatmu tumbuh dewasa. Ingin memelukmu. Tapi aku siapa?

Kau bercerita dengan sepupu-sepupu kita, kau katakan bahwa jika ada sms-sms yang bagus, kau pasti akan mencatatnya di buku catatanmu. Persis sama dengan apa yang aku lakukan. Dan juga hobi menulismu itu, juga sama dengan hobiku adekku.

Ada sebuah kisah yang masih ku ingat. Ketika itu aku masih di Medan. Tiba-tiba kau mengirim pesan kepadaku. Untuk mengingatkan adekku. Ah, sadarkah kau? Bahwa aku adalah kakakmu dan orang yang kau hambat kepergiannya ke tempatmu itu juga adalah kakak kandungmu?

Status yang pernah kubuat untukmu di account facebookku yang lama, namun ketika itu kita sudah tidak berteman, karena kau begitu tega menghapusku dari pertemanan hanya karena masalah adekku yaitu kakakmu juga.

ya Allah....aku sangat merindukannya....melihat wajahnya aku ingin mendekap erat....tapi apalah daya,,,,aku berada jauh darinya.......
dan mendekatinya malah kan menimbulkan hal yang menyedihkan baginya....
mudah2an aku dapat menahan rasa ini,.,...amieenn

21 Juli 2011

ntah kenapa??
saat aku melihat wajahnya
ingin ku teriakkan, kalau aku ingin memeluknya satu kali saja
begitu besar rasa rindu dalam hati ini

ya Allah.....
kapankah itu???
tapi ku takut waktu itu malah akan menyakitkan baginya
ku takut ia tidak kuat menerima kenyataan
ku takut ia terluka

dari sini ku pandangi
ku simak setiap perubahannya
inginku sekedar menyapa
mengatakan aku sangat menyayanginya
sejenak ku ingin bersua
 
 --20 Desember 2011


Setelah itu, lama ku tak lagi membuat segala hal yang berkaitan denganmu. Tak pernah lagi. Hingga beberapa yang bulan aku hanya mengupdate status di facebook "rindu, rindu padamu" hanya itu. Dan selama itu juga aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu dan selalu tak pernah pupus, ketika nanti kau telah tahu siapa dirimu, aku harap itu tak pernah menyakitkan buatmu, dan tak pernah membuatmu sedih. Melihat kami, keluargamu yang sebenarnya, hanyalah keluarga yang serba kekurangan. Tapi yakinlah, kami punya kekuatan untuk bertahan. Yaitu cinta dan kasih sayang diantara kami. 

Kau tahu, Ibumu sangat luar biasa. Dia berjuang keras menyekolahkan kami. Dia berjuang mati-matian demi menghidupi kami. Betapa dia begitu tegar menjalani kehidupan yang keras ini. Karena lembutnyalah aku banyak belajar tentang menjalani hidup adekku. Kau tahu, tanpa ayah di samping ibu, beliau berurai air mata mencari nafkah untuk kami, beliau sosok yang tak ada gantinya adekku.
Tak akan kau temukan ibu yang luar biasa selain ibu kita adekku.

Adekku, saudariku, jika masa itu tiba. Kami akan dengan lapang dada menerimamu, karena kami merindukan masa-masa yang indah, saat kita semua berkumpul sebagai suatu keluarga yang utuh. Aku tidak tahu sekarang kau berada dimana. Bagaimana kelanjutan studymu? Tapi yang selalu ku harapkan adalah semoga Allah selalu merahmatimu disetiap langkah hidupmu.

Aku yakin adekku, kau adalah yang paling tegar diantara kita semua. Karena itu Allah memilihmu untuk menjalani ini. Aku yakin bahwa pundakmu-lah yang paling kuat, sehingga sanggup memikul beban ini kelak. Aku tahu, Allah memilihmu karena kau jauh lebih istimewa daripada kami.

Tidak ada yang bisa kuandaikan saudariku. Karena tiada berguna segala andai-andai itu. Semoga pertemuan kita kelak adalah pertemuan yang indah. Maaf jika saat ini aku masih belum mampu mendekatimu, karena kutakutkan kau akan lebih menjauh sehingga hilanglah semua akses ku padamu.

Hanya doa yang akan terus mengalir saudariku. Semoga Allah menjagamu dengan sepenuh cinta. Tetaplah berjuang, gapai asamu, gapai mimpimu.

--Pasaman Barat, 07 07 2014
Dalam rindu yang tak berhenti


3 comments:

  1. subhanallah terharu diak uni :'(

    ReplyDelete
  2. Kk yg nulis baca ulng lg ndak tahan air mata ini adcku...
    smga dilimpahkan oleh Allah segala kebaikan atasnya...
    Aamiin ya Rabb.....

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete